Unsur- unsur yang membangun manusia
Sebenarnya ada banyak sekali unsur-unsur yang membangun
manusia, namun dari sekian banyak unsur-unsur itu, di sederhanakan menjadi
2 klasifikasi. yaitu unsur jasmani dan unsur rohani. Ada dua pandangan tentang
unsur-unsur yang membangun manusia yaitu
1. Manusia itu terdiri atas empat unsur yang saling
berkaitan
·
Jasad, yaitu badan kasar manusia yang nampak,
dapat diliat, dapat difoto, dapat dilihat danmenempati ruang dan waktu
·
Hayat, yaitu mengandung unsur hidup yang
ditandai dengan gerak
·
Ruh, yaitu bimbingan dan pimpinan Tuhan, daya
yang bekerja secara spiritual danmemahami kebenarand. Nafs, dalam pengertian
diri atau keakuan yaitu kesadaran akan diri sendiri
2. Manusia Sebagai Satu Kepribadian Mengandung Tiga Unsur
:
·
Id yang merupakan struktur kepribadian yang
paling primitif dan paling tidak tampak. Idmerupakan libido murni atau energi
psikis yang menunjukkan ciri alami yang irrasional danterkait dengan sex.
·
Ego merupakan bagian atau struktur
kepribadian yang pertama kali dibedakan dari Id,berperan menghubungkan energi
Id ke dalam saluran sosial yang dapat dimengerti oleh oranglain. Perkembangan
ego terjadi antara usia satu dan udua tahun.
·
Superego merupakan struktur kepribadian yang
paling akhir, muncul kira-kira pada usia limatahun. Dibandingkan dengan id dan
ego, superego yang berkembang secara internal dalam diriindividu, superego
terbentuk dari lingkungan eksternal.
B.HAKEKAT MANUSIA
Orang yang berkecimpung dalam pendidikan perlu mengkaji
tentang hakekat manusia karena:
1. Bahasan
tentang hakekat manusia mengantar pengkajinya untuk memiliki hikmah mengenai
manusia.
2. Tujuan
institusional yaitu melahirkan tenaga kependidikan dalam berbagai posisi.
3. Pandangan
calon tenaga kependidikan mengenai konsep manusia menentukan bagaimana ia
memperlakukan manusia lain dan ke mana manusia tersebut dibawa.
Manusia merupakan mahkluk monodualistis antara jiwa dan
raga tidak dapat dipisahkan. Manusia juga merupakan mahkluk yang rasional dan
juga irasional.
1. Aliran monoisme
Aliran ini menganggap bahwa
seluruh semesta termasuk manusia hanya terdiri dari satu zat. Aliran ini dibagi
menjadi dua.
·
Aliran materialisme= Realitas yang sebenarnya
adalah materi (benda).
·
Aliran idealisme= Realitas yang sebenarnya
adalah ide (rohani).
2. Aliran dualisme
Aliran ini menganggap bahwa
realitas semesta merupakan perpaduan antara zat hidup dan zat mati. Manusia
merupakan sintesis antara jasmani dan rohani.
PENDEKATAN DALAM PENGKAJIAN MANUSIA
1. Pendekatan multidisiplin
Yaitu pendekatan dalam mengkaji sesuatu dengan melibatkan
beberapa disiplin ilmu secara berdiri sendiri. Dalam pendekatan ini pengkajinya
adalah seorang spesialis.
2. Pendekatan interdisiplin
Yaitu pendekatan dengan menggunakan teori yang telah
berkembang dalam berbagai disiplin ilmu dan diramu secara eklektif (campuran).
Dalam pendekatan ini pengkajinya adalah seorang generalis.
DIMENSI KEMANUSIAAN
1. Dimensi individual
Sebagai mahkluk individu, manusia
bersifat unik dan khas karena tidak ada manusia yang sama persis. Walaupun ada
yang mirip, belum tentu sifatnya sama.
2. Dimensi religius
Sebagai mahkluk religius, manusia
mengakui adanya kekuatan lain di luar diri manusia yang sifatnya supranatural,
yang secara umum disebut Tuhan.
3. Dimensi kesosialan
Sebagai mahkluk sosial, manusia
tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain.
4. Dimensi kesusilaan
Sebagai mahkluk susila, manusia
akan memunculkan suatu nilai untuk membedakan mana yang baik dan mana yang
buruk dalam hubungannya dengan manusia yang lainnya.
KONSEP
MANUSIA INDONESIA SEUTUHNYA
Konsep Manusia Indonesia
Seutuhnya menempatkan keempat dimensi kemanusiaan secara selaras serasi dan
seimbang. Deskripsinya tertuang dalam butir-butir pengamalan Pancasila. Konsep
lain mengenai deskripsi Manusia Indonesia Seutuhnya dapat dirunut pada tujuan
pendidikan nasional yaitu “manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab”.
C.Kepribadian
Bangsa Timur
Kepribadian bangsa timur
dapat diartikan suatu sikap yang dimiliki oleh suatu negara yang menentukan
penyesuaian dirinya terhadap lingkungan. Kepribadian bangsa timur pada umumnya
merupakan kepribadian yang mempunyai sifat toleransi yang tinggi. Kepribadian
bangsa timur sangat identik dengan benua Asia khususnya Indonesia. Kepribadian
bangsa timur identik menjunjung nilai kesopanan yang lebih tinggi dibanding budaya
barat. Selain itu, kepribadian bangsa timur khususnya Indonesia juga lebih
terbuka dan ramah tamah serta lebih bersahabat. Bangsa timur juga amat peduli
dengan orang lain hal ini dibuktikan dengan adanya sikap saling tolong menolong
dengan sesama dan bergotong royong. Dan kebanyakan masyarakatnya lebih agamis.
Bangsa timur identik dengan
benua asia yang penduduknya sebagian besar berambut hitam, berkulit sawo matang
dan adapula yang berkulit putih, bermata sipit. Sebagian besar cara berpakaian
orang timur lebih sopan dan tertutup mungkin karena orang timur kebanyakan
memeluk agama islam dan menjunjung tinggi norma-norma yang berlaku. Namun di
zaman yang sekarang ini orang timur kebanyakan meniru kebiasaan orang barat.
Kebiasaan orang barat yang tidak sesuai atau yang bertentangan dengan kebiasaan
/ adat istiadat orang timur dapat memengaruhi kejiwaan orang timur itu sendiri.
Pada umumnya unsur-unsur kebudayaan asing yang mudah
diterima adalah unsur kebudayaan kebendaan seperti peralatan yang terutama
sangat mudah dipakai dan dirasakan sangat bermanfaat bagi masyarakat yang
menerimanya. Contohnya : Handphone, komputer, dan lain-lain.
Namun ada pula unsur-unsur
kebudayaan asing yang sulit diterima adalah misalnya :
1. Unsur-unsur yang menyangkut sistem kepercayaan seperti ideologi, falsafah hidup danlain-lain.
2. Unsur-unsur yang dipelajari pada taraf pertama proses sosialisasi.
3. Pada umumnya generasi muda dianggap sebagai individu-individu yang cepat menerima unsur-unsur kebudayaan asing yang masuk melalui proses akulturasi. Sebaliknya generasi tua, dianggap sebagai orang-orang kolot yang sukar menerima unsur baru.
4. Suatu masyarakat yang terkena proses akulturasi, selalu ada kelompok-kelompok individu yang sukar sekali atau bahkan tak dapat menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang terjadi.
1. Unsur-unsur yang menyangkut sistem kepercayaan seperti ideologi, falsafah hidup danlain-lain.
2. Unsur-unsur yang dipelajari pada taraf pertama proses sosialisasi.
3. Pada umumnya generasi muda dianggap sebagai individu-individu yang cepat menerima unsur-unsur kebudayaan asing yang masuk melalui proses akulturasi. Sebaliknya generasi tua, dianggap sebagai orang-orang kolot yang sukar menerima unsur baru.
4. Suatu masyarakat yang terkena proses akulturasi, selalu ada kelompok-kelompok individu yang sukar sekali atau bahkan tak dapat menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang terjadi.
Berbagai faktor yang
mempengaruhi diterima atau tidaknya suatu unsur kebudayaan baru diantaranya:
1. Terbatasnya masyarakat memiliki hubungan atau kontak dengan kebudayaan dan dengan orang-orang yang berasal dari luar masyarakat tersebut.
2. Jika pandangan hidup dan nilai yang dominan dalam suatu kebudayaan ditentukan oleh nilai-nilai agama.
3. Corak struktur sosial suatu masyarakat turut menentukan proses penerimaan kebudayaan baru. Misalnya sistem otoriter akan sukar menerima unsur kebudayaan baru.
4. Suatu unsur kebudayaan diterima jika sebelumnya sudah ada unsur-unsur kebudayaan yang menjadi landasan bagi diterimanya unsur kebudayaan yang baru tersebut.
5. Apabila unsur yang baru itu memiliki skala kegiatan yang terbatas.
1. Terbatasnya masyarakat memiliki hubungan atau kontak dengan kebudayaan dan dengan orang-orang yang berasal dari luar masyarakat tersebut.
2. Jika pandangan hidup dan nilai yang dominan dalam suatu kebudayaan ditentukan oleh nilai-nilai agama.
3. Corak struktur sosial suatu masyarakat turut menentukan proses penerimaan kebudayaan baru. Misalnya sistem otoriter akan sukar menerima unsur kebudayaan baru.
4. Suatu unsur kebudayaan diterima jika sebelumnya sudah ada unsur-unsur kebudayaan yang menjadi landasan bagi diterimanya unsur kebudayaan yang baru tersebut.
5. Apabila unsur yang baru itu memiliki skala kegiatan yang terbatas.
Kita tidak bisa selalu mengatakan budaya timur itu lebih
baik daripada budaya barat , menurut saya situasi dan kondisi berperan sangat
penting untuk menentukan berdasarkan budaya mana orang harus menyelesaikan
suatu masalah. Kita dituntut untuk memiliki beberapa pertimbangan yang bersifat
menyeluruh, pada budaya timurlah kita memiliki kelebihannya.
Bagan psiko-sosiogram manusia
Dari gambarr diatas dapat dijelaskan sebagai berikut :
- Nomor 7 dan 6 disebut sebagai daerah tak sadar dan sub sadar.
Disebut sebagai daerah tak sadar karena memang sudah tertanam jauh di dalam diri manusia dan tak mampu disadari bahkan oleh manusia itu sendiri.
contoh study kasusnya, misalnya dunia mimpi dari manusia itu sendiri. Terkadang didunia mimpi itu sering timbul beberapa hal yang mungkin tidak pernah disadari oleh manusia itu sendiri, bahkan hal itu tidak disadari oleh otak manusia.
Disebut daerah Sub sadar karena sewaktu – waktu unsur – unsur yang sudah tertanam bisa meledak keluar lagi dan mengganggu kebiasaan sehari – hari.
contoh study kasusnya, misalnya sebuah tragedy buruk yang pernah menimpa manusia itu sendiri atau kita kenal dengan trauma tersendiri yang dimiliki manusia tersebut yang sulit untuk dilupakan namun manusia itu sendiri ingin melupakannya. Tragedy buruk itu kita misalkan pada waktu peristiwa Gempa Tsunami di Aceh pada tahun 2006. pada peristiwa itu, pastinya meninggalkan trauma bagi para korban bencana Tsunami di Aceh. Trauma tersebut sebenernya ingin untuk dilupakan tetapi mereka merasa hal itu sangat sulit dilupakan karena pada saat itu mereka dalam keadaan sadar.
- Nomor 5 disebut daerah kesadaran yang tidak dinyatakan. Maksudnya pikiran – pikiran dan gagasan yang ada disimpan sendiri oleh manusia tersebut dan tidak ada seorang lain pun yang dapat mengetahuinya.
contoh study kasusnya, misalnya perasaan benci terhadap seseorang. Perasaan itu ada dalam keadaan kita sadar, namun secara tidak langsung hal itu tidak dinyatakan terang-terangan didepan seseorang yang dibencinya. Perasaan itu terkadang hanya bergemelut didalam hatinya dan pikierannya sendiri tanpa ada yang mengetahuinya.
- Nomor 4 disebut daerah kesadaran yang dinyatakan. kebalikan dari nomor 5, ini berarti manusia mengungkapkan kepada orang lain apa yang ada di pikirannya seperti perasaan, pengetahuan dan sebagainya.
contoh study kasusnya , misalnya kita lihat dari segi pengetahuan. Seseorang membagi apa yang diketahuinya baik dari buku-buku yang telah dibacanya, atau pengetahuan yang telah dimilikinya.
- Nomor 3 disebut lingkaran hubungan karib. Di sini manusia memiliki seseorang atau sesuatu yang dianggap bisa menjadi curahan hati dan tempat untuk meminta bantuan. Tidak selalu manusia yang lain juga melainkan benda, atau makhluk hidup lain pun bisa berada pada lingkaran ini. contoh study kasusnya, misalnya kita lihat segi perasaan, seseorang yang telah menganggap oranglain sebagai seseorang yang mampu untuk menjadi tempat untuk menanmpung berbagai curahan hatinya atau sesuatu yang dirasakannya.
- Nomor 2 disebut lingkaran hubungan berguna. Bisa dianalogikan hubungan antara murid dengan guru, pedagang dan pembeli. Pada daerah ini semua hubungan yang ada sudah sering kita lihat berbagai contohnya dalam kehidupan sehari-hari.
salah satu contoh study kasusnya, misalnya antara pedagang dan pembeli. Disini mereka saling membutuhkan satu dengan yang lainnya. Pedang membutuhkan pembeli untuk membeli dagangannya, sedangkan pembeli membutuhkan barang untuk dikonsumsinya. Ini adalah suatu hubungan timbal balik yang sudah sangat lumrah terjadi dalam kehidupan kita.
- Nomor 1 disebut lingkaran hubungan jauh, yang berarti pikiran dan gagasan manusia tentang berbagai macam hal. Disini manusia tersebut sudah mulai matang terhadap hal apa saja yang akan dihadapi kedepannya.
contoh study kasusnya, misalnya sebuah keputusan yang harus diambil seseorang ketika dia dalam sebuah masalah besar yang dihadapinya. Keputusan tersebut begitu cepat diseleksi dalam otaknya. Sepersekian detik dia harus bisa keluar dari masalah tersebut. Tentunya dia sudah memikirkan segala macam hal yang akan dihadapinya kemudian hari.
- Nomor 0 disebut lingkungan dunia luar yang berarti tentang pendapat dan pikiran seseorang tentang dunia atau daerah yang belum pernah dikunjungi atau dijumpai.
contoh study kasusnya, Misalnya saat kita berada diluar dari Negara Indonesia. Kita akan berpikir bahwa Negara yang kita kunjungi itu sangat berbeda dengan Negara dimana kita tinggal yaitu di Indonesia. Hal yang berbeda itu dilihat dari berbagai aspek yang ada. Dilihat dari kebudayaan , pola pikir dan cara hidup manusia dinegara tersebut, dan berbagai macam aspek lainnya.
- Nomor 7 dan 6 disebut sebagai daerah tak sadar dan sub sadar.
Disebut sebagai daerah tak sadar karena memang sudah tertanam jauh di dalam diri manusia dan tak mampu disadari bahkan oleh manusia itu sendiri.
contoh study kasusnya, misalnya dunia mimpi dari manusia itu sendiri. Terkadang didunia mimpi itu sering timbul beberapa hal yang mungkin tidak pernah disadari oleh manusia itu sendiri, bahkan hal itu tidak disadari oleh otak manusia.
Disebut daerah Sub sadar karena sewaktu – waktu unsur – unsur yang sudah tertanam bisa meledak keluar lagi dan mengganggu kebiasaan sehari – hari.
contoh study kasusnya, misalnya sebuah tragedy buruk yang pernah menimpa manusia itu sendiri atau kita kenal dengan trauma tersendiri yang dimiliki manusia tersebut yang sulit untuk dilupakan namun manusia itu sendiri ingin melupakannya. Tragedy buruk itu kita misalkan pada waktu peristiwa Gempa Tsunami di Aceh pada tahun 2006. pada peristiwa itu, pastinya meninggalkan trauma bagi para korban bencana Tsunami di Aceh. Trauma tersebut sebenernya ingin untuk dilupakan tetapi mereka merasa hal itu sangat sulit dilupakan karena pada saat itu mereka dalam keadaan sadar.
- Nomor 5 disebut daerah kesadaran yang tidak dinyatakan. Maksudnya pikiran – pikiran dan gagasan yang ada disimpan sendiri oleh manusia tersebut dan tidak ada seorang lain pun yang dapat mengetahuinya.
contoh study kasusnya, misalnya perasaan benci terhadap seseorang. Perasaan itu ada dalam keadaan kita sadar, namun secara tidak langsung hal itu tidak dinyatakan terang-terangan didepan seseorang yang dibencinya. Perasaan itu terkadang hanya bergemelut didalam hatinya dan pikierannya sendiri tanpa ada yang mengetahuinya.
- Nomor 4 disebut daerah kesadaran yang dinyatakan. kebalikan dari nomor 5, ini berarti manusia mengungkapkan kepada orang lain apa yang ada di pikirannya seperti perasaan, pengetahuan dan sebagainya.
contoh study kasusnya , misalnya kita lihat dari segi pengetahuan. Seseorang membagi apa yang diketahuinya baik dari buku-buku yang telah dibacanya, atau pengetahuan yang telah dimilikinya.
- Nomor 3 disebut lingkaran hubungan karib. Di sini manusia memiliki seseorang atau sesuatu yang dianggap bisa menjadi curahan hati dan tempat untuk meminta bantuan. Tidak selalu manusia yang lain juga melainkan benda, atau makhluk hidup lain pun bisa berada pada lingkaran ini. contoh study kasusnya, misalnya kita lihat segi perasaan, seseorang yang telah menganggap oranglain sebagai seseorang yang mampu untuk menjadi tempat untuk menanmpung berbagai curahan hatinya atau sesuatu yang dirasakannya.
- Nomor 2 disebut lingkaran hubungan berguna. Bisa dianalogikan hubungan antara murid dengan guru, pedagang dan pembeli. Pada daerah ini semua hubungan yang ada sudah sering kita lihat berbagai contohnya dalam kehidupan sehari-hari.
salah satu contoh study kasusnya, misalnya antara pedagang dan pembeli. Disini mereka saling membutuhkan satu dengan yang lainnya. Pedang membutuhkan pembeli untuk membeli dagangannya, sedangkan pembeli membutuhkan barang untuk dikonsumsinya. Ini adalah suatu hubungan timbal balik yang sudah sangat lumrah terjadi dalam kehidupan kita.
- Nomor 1 disebut lingkaran hubungan jauh, yang berarti pikiran dan gagasan manusia tentang berbagai macam hal. Disini manusia tersebut sudah mulai matang terhadap hal apa saja yang akan dihadapi kedepannya.
contoh study kasusnya, misalnya sebuah keputusan yang harus diambil seseorang ketika dia dalam sebuah masalah besar yang dihadapinya. Keputusan tersebut begitu cepat diseleksi dalam otaknya. Sepersekian detik dia harus bisa keluar dari masalah tersebut. Tentunya dia sudah memikirkan segala macam hal yang akan dihadapinya kemudian hari.
- Nomor 0 disebut lingkungan dunia luar yang berarti tentang pendapat dan pikiran seseorang tentang dunia atau daerah yang belum pernah dikunjungi atau dijumpai.
contoh study kasusnya, Misalnya saat kita berada diluar dari Negara Indonesia. Kita akan berpikir bahwa Negara yang kita kunjungi itu sangat berbeda dengan Negara dimana kita tinggal yaitu di Indonesia. Hal yang berbeda itu dilihat dari berbagai aspek yang ada. Dilihat dari kebudayaan , pola pikir dan cara hidup manusia dinegara tersebut, dan berbagai macam aspek lainnya.
D.Pengertian
Kebudayaan
DEFINISI
KEBUDAYAAN
Budaya adalah suatu cara
hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan
diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang
rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas,
pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan
bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung
menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha
berkomunikasi dengan orang-orang yang berbada budaya dan menyesuaikan
perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.
Budaya adalah suatu pola
hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek
budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini
tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.
Beberapa alasan mengapa
orang mengalami kesulitan ketika berkomunikasi dengan orang dari budaya lain
terlihat dalam definisi budaya: Budaya adalah suatu perangkat rumit nilai-nilai
yang dipolarisasikan oleh suatu citra yang mengandung pandangan atas
keistimewaannya sendiri. ”Citra yang memaksa” itu mengambil bentuk-bentuk
berbeda dalam berbagai budaya seperti “individualisme kasar” di Amerika,
“keselarasan individu dengan alam” di Jepang dan “kepatuhan kolektif” di Cina.
Citra budaya yang bersifat memaksa tersebut membekali anggota-anggotanya dengan
pedoman mengenai perilaku yang layak dan menetapkan dunia makna dan nilai logis
yang dapat dipinjam anggota-anggotanya yang paling bersahaja untuk memperoleh
rasa bermartabat dan pertalian dengan hidup mereka.
Dengan demikian, budayalah
yang menyediakan suatu kerangka yang koheren untuk mengorganisasikan aktivitas
seseorang dan memungkinkannya meramalkan perilaku orang lain.
PENGERTIAN
Kebudayaan sangat erat
hubungannya dengan masyarakat. Melville J.
Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala
sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki
oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu
adalah Cultural-Determinism.
Herskovits memandang
kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi
yang lain, yang kemudian disebut
sebagai superorganic. Menurut Andreas Eppink, kebudayaan
mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial,norma sosial, ilmu pengetahuan
serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan
lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu
masyarakat.
Menurut Edward Burnett
Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya
terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan
kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.
Menurut Selo
Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil
karya, rasa, dan cipta masyarakat.
Dari berbagai definisi
tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan adalah sesuatu yang
akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang
terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari,
kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah
benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa
perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku,
bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang
kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan
bermasyarakat.
E.Unsur-unsur
kebudayaan
Unsur-unsur kebudayaan
Unsur kebudayaan
besar(cultural universal): dikemukakan oleh C. Kluckhon ada 6
1) Sistem religius (homo religius)
Merupakan produk manusia sebagai homo religius.
Manusia yang memiliki kecerdasan pikiran dan perasaan luhur tanggap bahwa diatas kekuatan dirinya terdapat kekuatan lain yang maha besar. Karena itu manusia takut sehingga menyembahnya dan lahirlah kepercayaan yang sekarang menjadi agama.
1) Sistem religius (homo religius)
Merupakan produk manusia sebagai homo religius.
Manusia yang memiliki kecerdasan pikiran dan perasaan luhur tanggap bahwa diatas kekuatan dirinya terdapat kekuatan lain yang maha besar. Karena itu manusia takut sehingga menyembahnya dan lahirlah kepercayaan yang sekarang menjadi agama.
2) Sistem organisasi kemasyarakatan (homo
socius)
Merupakan prodak manusia sebagai homo socius.
Manusia sadar bahwa tubuhnya lemah namun memiliki akal maka disusunlah organisasi kemasyarakatan dimana manusia bekerja sama untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya.
Merupakan prodak manusia sebagai homo socius.
Manusia sadar bahwa tubuhnya lemah namun memiliki akal maka disusunlah organisasi kemasyarakatan dimana manusia bekerja sama untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya.
3) Sistem pengetahuan (homo safiens)
Merupakan prodak manusia sebagai homo safiens.
Pengetahuan dapat diperoleh dari pemikiran sendiri maupun dari orang lain.
Merupakan prodak manusia sebagai homo safiens.
Pengetahuan dapat diperoleh dari pemikiran sendiri maupun dari orang lain.
4) Sistem mata pencaharian hidup dan system
ekonomi (homo ekonomicus)
Merupakan produk manusia sebagai homo economicus, yaitu menjadikan tingkat kehidupan manusia secara umum terus meningkat.
Merupakan produk manusia sebagai homo economicus, yaitu menjadikan tingkat kehidupan manusia secara umum terus meningkat.
5) Sistem peralatan hidup dan tehnologi (homo
faber)
Merupakan produk manusia sebagai homo faber.
Bersumber dari pemikirannya yang cerdas dan dibantu dengan tangannya manusia dapat membuat dan mempergunakan alat, dengan alat-alat ciptaannya itulah manusia dapat lebih mampu mencukupi kebutuhannya .
Merupakan produk manusia sebagai homo faber.
Bersumber dari pemikirannya yang cerdas dan dibantu dengan tangannya manusia dapat membuat dan mempergunakan alat, dengan alat-alat ciptaannya itulah manusia dapat lebih mampu mencukupi kebutuhannya .
6) Sistem bahasa (homo longuens)
Merupakan produk manusia sebagai homo longuens.
Merupakan produk manusia sebagai homo longuens.
F.Wujud
Kebudayaan
Prof. Dr. Koentjoroningrat menguaikan tentang wujud
kebudayaan menjadi 3 macam yaitu:
·
Wujud kebudayaan sebagai kompleks dari
ide-de, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan sebagainya.
·
Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks
aktivitas serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat
·
Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil
karya manusia.
Wujud pertama adalah wujud ideal kebudayaan. Sifatnya
abstrak, tidak dapat diraba dan difoto. Letaknya dalam alam pikiran manusia.
Sekarang kebudayaan ideal ini banyak tersimpan dalam arsip kartu komputer, pita
komputer, dan sebagainya. Ide-ide dan gagasan manusia ini banyak yang hidup
dalam masyarakat dan memberi jiwa kepada masyarakat. Gagasan-gagasan itu tidak
terlepas satu sama lain melainkan saling berkaitan menjadi suatu sistem,
disebut sistem budaya atau cultural, yang dalam bahasa Indonesia disebut
adat istiadat.
Wujud kedua adalah yang disebut sistem sosial atau sosial
sistem, yaitu mengenai tindakan berpola manusia itu sendiri. Sistem
sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang berinteraksi satu
dengan lainnya dari waktu ke waktu, yang selalu menurut pola tertentu. Sistem
sosial ini bersifat konkrit sehingga bisa diobservasi, difoto dan didokumentir.
Wujud ketiga adalah yang disebut kebudayaan fisik, yaitu
seluruh hasil fisik karya manusia dalam masyarakat. Sifatnya sangat
konkrit berupa benda-benda yang bisa diraba, difoto dan dilihat. Ketiga wujud
kebudayaan tersebut di atas dalam kehidupan ideal dan adat-istiadat mengatur
dan mengarahkan tindakan manusia baik gagasan, tindakan dan karya
manusia, menghasilkan benda-benda kebudayaan secara fisik. Sebaliknya
kebudayaan fisik membentuk lingkungan hidup tertentu yang makin menjauhkan
mansia dari lingkungan alamnya sehingga bisa mempengaruhi pola berpikir dan
berbuatnya.
Adapun unsur kebudayaan yang bersifat universal yang
dapat kita sebut sebagai isi pokok tiap kebudayaan di dunia ini, ialah:
·
Peralatan dan perlengkapan hidup manusia
sehari-hari misalnya; pakaian, perumahan, alat rumah tangga, senjata dan
sebagainya.
·
Sistem mata pencaharian dan sistem ekonom.
Misalnya; pertanian perternakan, sistem produksi
·
Sistem kemasyarakatan, misalnya kekerabatan,
sistem perkawinan, sistem warisan
·
Bahasa sebagai media komunikasi, baik lisan
maupun tertulis
·
Ilmu pengetahuan
·
Kesenian, misalnya seni suara, seni rupa,
seni gerak
·
Sistem religi.
G.ORIENTASI
NILAI BUDAYA
Menurut C. Kluckhon dalam karyanya Variations in Value Orientation sistem nilai udaya secara universal menyangkut lima masalah pokok kehidupan manusia,yaitu :
Menurut C. Kluckhon dalam karyanya Variations in Value Orientation sistem nilai udaya secara universal menyangkut lima masalah pokok kehidupan manusia,yaitu :
·
Hakekat Hidup Manusia hakekat, Hidup setiap
kebudayaan berbeda secara exstern. Seperti bcrusaha memadamkan hidup,menganggap
kelakuan hidup tertentu sebagai suatu hal yang baik.
·
Hakekat
karya Manusia, Kebudayaan hakekatnya berbeda-beda ada yang bertujuan u-ntuk
hidup,dan lain sebagainya.
·
Hakekat
waktu Manusia, Hakekat waktu setiap budaya berbeda,ada yang mementingkan
orientasi masa lampau dan mementingkan orientasi masa kini.
·
Hakekat
Alam Manusia, Manusia memiliki anggapan yang berbeda,ada yang beranggapan
kebudayaan harus mengeksploitasi alam dan ada pula yang beranggap manusia harus
harmonis dengan alam.
·
Hakekat
Hubungan Manusia, Mementingkan hubungan antar sesamanya dan orientasi pada
tokoh,yang berpandanga individualis ditinggalkan saja.
ORIENTASI
NILAI BUDAYA
Menurut C. Kluckhon dalam karyanya Variations in Value Orientation sistem nilai udaya secara universal menyangkut lima masalah pokok kehidupan manusia,yaitu :
Menurut C. Kluckhon dalam karyanya Variations in Value Orientation sistem nilai udaya secara universal menyangkut lima masalah pokok kehidupan manusia,yaitu :
·
Hakekat Hidup Manusia hakekat, Hidup setiap
kebudayaan berbeda secara exstern. Seperti bcrusaha memadamkan hidup,menganggap
kelakuan hidup tertentu sebagai suatu hal yang baik.
·
Hakekat karya Manusia, Kebudayaan hakekatnya
berbeda-beda ada yang bertujuan untuk hidup,dan lain sebagainya.
·
Hakekat waktu Manusia, Hakekat waktu setiap
budaya berbeda,ada yang mementingkan orientasi masa lampau dan mementingkan
orientasi masa kini.
·
Hakekat Alam Manusia, Manusia memiliki
anggapan yang berbeda,ada yang beranggapan kebudayaan harus mengeksploitasi
alam dan ada pula yang beranggap manusia harus harmonis dengan alam.
·
Hakekat Hubungan Manusia, Mementingkan
hubungan antar sesamanya dan orientasi pada tokoh,yang berpandanga individualis
ditinggalkan saja.
H.Perubahan
Kebudayaan
Faktor – faktor yang mempengaruhi diterima atau tidaknya
suatu unsur kebudayaan baru
Di antara berbagai faktor yang mempengaruhi diterima atau tidaknya sesuatu unsur kebudayaan baru atau asing dalam suatu masyarakat yang biasanya cukup berperan adalah:
Di antara berbagai faktor yang mempengaruhi diterima atau tidaknya sesuatu unsur kebudayaan baru atau asing dalam suatu masyarakat yang biasanya cukup berperan adalah:
1. Terbiasanya
masyarakat tersebut mempunyai hubungan/kontak kebudayaan dengan orang-orang
yang berasal dari luar masyarakat tersebut, yang mempunyai kebudayaan yang
berbeda. Sebuah masyarakat yang terbuka bagi hubungan-hubungan dengan orang
yang beraneka ragam kebudayaannya, cenderung menghasilkan warga masyarakat yang
bersikap terbuka terhadap unsur-unsur kebudayaan asing. Sikap mudah menerima
kebudayaan asing lebih-lebih lagi nampak menonjol kalau masyarakat tersebut
menekankan pada ide bahwa kemajuan dapat dicapai dengan adanya sesuatu yang
baru, yaitu baik yang datang dan berasal dari dalam masyarakat itu sendiri,
maupun yang berasal dari kebudayaan yang datang dari luar.
2. Kalau
pandangan hidup dan nilai-nilai yang dominan dalam kebudayaan tersebut
ditentukan oleh nilai-nilai yang bersumber pada ajaran agama; dan ajaran ini
terjalin erat dalam keseluruhan pranata yang ada dalam masyarakat tersebut;
maka penerimaan unsur-unsur kebudayaan yang baru atau asing selalu mengalami
kelambatan karena harus di sensor dulu oleh berbagai ukuran yang berlandaskan
pada ajaran agama yang berlaku. Dengan demikian, suatu unsur kebudayaan baru
akan dapat diterima jika unsur kebudayaan yang baru tersebut tidak bertentangan
dengan ajaran agama yang berlaku, dan karenanya tidak akan merusak
pranata-pranata yang sudah ada.
3. Corak
struktur sosial suatu masyarakat turut menentukan proses penerimaan unsur
kebudayaan baru. Suatu struktur sosial yang didasarkan atas sistem otoriter
akan sukar untuk dapat menerima suatu unsur kebudayaan baru, kecuali kalau
unsur kebudayaan baru tadi secara langsung atau tidak langsung dirasakan oleh
rezim yang berkuasa sebagai sesuatu yang menguntungkan mereka.
4. Suatu
unsur kebudayaan baru dengan lebih mudah diterima oleh suatu masyarakat kalau
sebelumnya sudah ada unsur-unsur kebudayaan yang menjadi landasan bagi
diterimanya unsur kebudayaan yang baru tersebut. Di pedesaan di pulau Jawa,
adanya sepeda sebagai alat pengangkut dapat menjadi landasan memudahkan di
terimanya sepeda motor di daerah pedesaan di Jawa; dan memang dalam kenyataan
demikian.
5. Sebuah
unsur baru yang mempunyai skala kegiatan yang terbatas dan dapat dengan mudah
dibuktikan kebenarannya oleh warga masyarakat yang bersangkutan, dibandingkan
dengan sesuatu unsur kebudayaan yang mempunyai skala luas dan yang sukar secara
konkrit dibuktikan kegunaannya. Contohnya adalah diterimanya radio transistor
dengan mudah oleh warga masyarakat Indonesia, dan bahkan dari golongan berpenghasilan
rendah merupakan benda yang biasa dipunyai.
Dari beberapa pokok pembicaraan yang dikemukakan di atas berkenaan dengan penerimaan unsur-unsur baru, dapat dikatakan bahwa inovasi bisa terdapat karena:
1) inovasi tersebut bertentangan dengan pola-pola
kebudayaan yang sudah ada
2) kalau inovasi
tersebut akan mengakibatkan perubahan pola-pola kebudayaan dan struktur sosial
yang sudah ada dan menggantikannya dengan yang baru
3) kalau inovasi tersebut bersifat mendasar berkenaan
dengan pandangan hidup atau nilai yang ada dalam masyarakat bersangkutan:
misalnya “free lover” untuk masyarakat Indonesia akan ditentang kalau harus
diterima sebagai suatu cara hidup;
4) disamping itu bila inovasi itu dianggap terlalu mahal
biayanya juga akan terhambat dalam penciptaannya maupun dalam penyebaran atau
difusinya, terkecuali kalau oleh kelompok yang digolongkan sebagai “vested
interests” inovasi tersebut dianggap menguntungkan maka inovasi akan diterima.
Penerimaan atas unsur baru
atau inovasi dapat mengakibatkan terwujudnya berbagai kekacauan sosial yang
merupakan perwujudan- perwujudan dari proses perubahan sosial, sebelum inovasi
tersebut diterima dengan mantap dan menjadi baku dalam tata kehidupan sosial
yang berlaku dalam masyarakat. Kekacauan sosial tersebut biasanya dinamakan
sebagai disorganisasi sosial (social disorganization). Dalam keadaan kekacauan
sosial ini, aturan-aturan atau norma-norma lama sudah tidak berlaku lagi atau
sebagian-sebagian masih berlaku sedangkan aturan-aturan atau norma-norma lama
tersebut dalam mengatur kehidupan sosial warga masyarakat. Sehingga dalam tahap
ini terdapat semacam kebingungan atau kekacauan dalam berbagai bidang kehidupan
sosial.
Bila unsur-unsur baru telah mantap diterima dan norma-norma atau aturan-aturan baru telah mantap menjadi pegangan dalam berbagai kegiatan sosial, maka dapatlah dikatakan bahwa masyarakat tersebut telah mencapai tingkat tertib sosial lagi. Tidak selamanya suatu penerimaan inovasi menimbulkan kekacauan sosial. Kekacauan sosial terwujud bila inovasi tersebut menyebabkan adanya perubahan-perubahan yang mendasar pada pranata-pranata yang ada dalam masyarakat yang bersangkutan.
Bila unsur-unsur baru telah mantap diterima dan norma-norma atau aturan-aturan baru telah mantap menjadi pegangan dalam berbagai kegiatan sosial, maka dapatlah dikatakan bahwa masyarakat tersebut telah mencapai tingkat tertib sosial lagi. Tidak selamanya suatu penerimaan inovasi menimbulkan kekacauan sosial. Kekacauan sosial terwujud bila inovasi tersebut menyebabkan adanya perubahan-perubahan yang mendasar pada pranata-pranata yang ada dalam masyarakat yang bersangkutan.
Sebab-Sebab Perubahan Sosial Budaya
Perubahan sosial dan kebudayaan di masyarakat dapat terjadi karena adanya sebab-sebab yang berasal dari masyarakat sendiri atau yang berasal dari luar masyarakat.
a . Sebab-Sebab yang Berasal dari Dalam Masyarakat (Sebab Intern)
Berikut ini sebab-sebab perubahan sosial yang bersumber dari dalam masyarakat (sebab intern)
1) Dinamika
penduduk, yaitu pertambahan dan penurunan jumlah penduduk.
2) Adanya
penemuan-penemuan baru yang berkembang di masyarakat, baik penemuan yang
bersifat baru (discovery) ataupun penemuan baru yang bersifat menyempurnakan
dari bentuk penemuan lama (invention).
3) Munculnya
berbagai bentuk pertentangan (conflict) dalam masyarakat.
4) Terjadinya
pemberontakan atau revolusi sehingga mampu menyulut terjadinya
perubahan-perubahan besar. Misalnya, Revolusi Rusia (Oktober 1917) yang mampu
menggulingkan pemerintahan kekaisaran dan mengubahnya menjadi sistem diktator
proletariat yang dilandaskan pada doktrin Marxis. Revolusi tersebut menyebabkan
perubahan yang mendasar, baik dari tatanan negara hingga tatanan dalam
keluarga.
b . Sebab-Sebab yang Berasal dari Luar Masyarakat (Sebab
Ekstern)
Perubahan sosial dan kebudayaan juga dapat terjadi karena adanya sebab-sebab yang berasal dari luar masyarakat (sebab ekstern). Berikut ini sebab-sebab yang berasal dari luar masyarakat.
Perubahan sosial dan kebudayaan juga dapat terjadi karena adanya sebab-sebab yang berasal dari luar masyarakat (sebab ekstern). Berikut ini sebab-sebab yang berasal dari luar masyarakat.
1) Adanya
pengaruh bencana alam. Kondisi ini terkadang memaksa masyarakat suatu daerah
untuk mengungsi meninggalkan tanah kelahirannya. Apabila masyarakat tersebut
mendiami tempat tinggal yang baru, maka mereka harus menyesuaikan diri dengan
keadaan alam dan lingkungan yang baru tersebut. Hal ini kemungkinan besar juga dapat
memengaruhi perubahan pada struktur dan pola kelembagaannya.
2) Adanya
peperangan, baik perang saudara maupun perang antarnegara dapat me-nyebabkan
perubahan, karena pihak yang menang biasanya akan dapat memaksakan ideologi dan
kebudayaannya kepada pihak yang kalah.
3) Adanya
pengaruh kebudayaan masyarakat lain. Bertemunya dua kebudayaan yang berbeda
akan menghasilkan perubahan. Jika pengaruh suatu kebudayaan dapat diterima
tanpa paksaan, maka disebut demonstration effect. Jika pengaruh suatu
kebudayaan saling menolak, maka disebut cultural animosity. Jika suatu
kebudayaan mempunyai taraf yang lebih tinggi dari kebudayaan lain, maka akan
muncul proses imitasi yang lambat laun unsur-u
I.KAITAN
MANUSIA DAN KEBUDAYAAN
Hubungan
manusia dan kebudayaan
Manusia dan kebudayaan
merupakan dua hal yang sangat erat berkaitan satu sama lain. Manusia di alam
dunia inimemegang peranan yang unik, dan dapat dipandang dari berbagai segi.
Dalam ilmu sosial manusia merupakan makhluk yang ingin memperoleh keuntungan atau
selalu memperhitungkan setiap kegiatan sering disebut homo economicus (ilmu
ekonomi). Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat berdiri sendiri
(sosialofi), Makhluk yang selalu ingin mempunyai kekuasaan (politik), makhluk
yan g berbudaya dan lain sebagainya.
Contoh
hubungan manusia dan kebudayaan
Secara sederhana hubungan
antara manusia dan kebudayaan adalah : manusia sebagai perilaku kebudayaan, dan
kebudayaan merupakan obyek yang dilaksanakan manusia. Tetapi apakah sesederhana
itu hubungan keduanya ?
` Dalani sosiologi manusia dan kebudayaan dinilai sebagai dwitunggal, maksudnya bahwa walaupun keduanya berbeda tetapi keduanya merupakan satu kesatuan. Manusia menciptakan kebudayaan, clan setclah kebudayaan itu tercipta maka kebudayaan mengatur hidup manusia agar sesuai dcngannya. Tampak baliwa keduanya akhimya merupakan satu kesatuan. Contoh sederhana yang dapat kita lihat adalah hubungan antara manusia dengan peraturan - peraturan
kemasyarakatan. Pada saat awalnya peraturan itu dibuat oleh manusia, setelah peraturan itu jadi maka manusia yang membuatnya hams patuh kepada peraturan yang dibuatnya sendiri itu. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa manusia tidak dapat dilepaskan dari kebudayaan, karena kebudayaan itu merupakan perwujudan dari manusia itu sendiri. Apa yang tercakup dalam satu kebudayaan tidak akan jauh menyimpang dari kemauan manusia yang membuatnya.Apabila manusia melupakan bahwa masyarakat adalah ciptaan manusia, dia akan menjadi terasing atau tealinasi (Berger, dalam terjemahan M.Sastrapratedja, 1991; hal : xv)
` Dalani sosiologi manusia dan kebudayaan dinilai sebagai dwitunggal, maksudnya bahwa walaupun keduanya berbeda tetapi keduanya merupakan satu kesatuan. Manusia menciptakan kebudayaan, clan setclah kebudayaan itu tercipta maka kebudayaan mengatur hidup manusia agar sesuai dcngannya. Tampak baliwa keduanya akhimya merupakan satu kesatuan. Contoh sederhana yang dapat kita lihat adalah hubungan antara manusia dengan peraturan - peraturan
kemasyarakatan. Pada saat awalnya peraturan itu dibuat oleh manusia, setelah peraturan itu jadi maka manusia yang membuatnya hams patuh kepada peraturan yang dibuatnya sendiri itu. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa manusia tidak dapat dilepaskan dari kebudayaan, karena kebudayaan itu merupakan perwujudan dari manusia itu sendiri. Apa yang tercakup dalam satu kebudayaan tidak akan jauh menyimpang dari kemauan manusia yang membuatnya.Apabila manusia melupakan bahwa masyarakat adalah ciptaan manusia, dia akan menjadi terasing atau tealinasi (Berger, dalam terjemahan M.Sastrapratedja, 1991; hal : xv)
Manusia dan kebudayaan, atau
manusia dan masyarakat, oleh karena itu mempunyai hubungan keterkaitan yang
erat satu sama lain. Pada kondisi sekarang ini kita tidak dapat lagi membedakan
mana yang lebih awal muncul manusia atau kebudayaan. Analisa terhadap
keberadaan keduanya hams menyertakan pembatasan masalah dan waktu agar
penganalisaan dapat dilakukan dengan lebih cermat.
Pengertian
Dialektis
Dialektika disini berasal
dari dialog komunikasi sehari-hari. Ada pendapat dilontarkan ke hadapan publik.
Kemudian muncul tentangan terhadap pendapat tersebut. Kedua posisi yang saling
bertentangan ini didamaikan dengan sebuah pendapat yang lebih lengkap. Dari
fenomen dialog ini dapat dilihat tiga tahap yakni tesis, antitesis dan
sintesis. Tesis disini dimaksudkan sebagai pendapat awal tersebut. Antitesis
yakni lawan atau oposisinya. Sedangkan Sintesis merupakan pendamaian dari
keduanya baik tesis dan antitesis. Dalam sintesis ini terjadi peniadaan dan
pembatalan baik itu tesis dan antitesis. Keduanya menjadi tidak berlaku lagi.
Dapat dikatakan pula, kedua hal tersebut disimpan dan diangkat ke taraf yang
lebih tinggi. Tentunya kebenaran baik dalam tesis dan antitesis masih
dipertahankan. Dalam kacamata Hegel, proses ini disebut sebagai aufgehoben.
Bentuk triadik dari
dialektika Hegel yakni tesis-antitesis-sintesis berangkat dari pemikir-pemikir
sebelum Hegel. Antinomi Kantian
akan numena dan fenomena menimbulkan oposisi yang tidak
terselesaikan.Kemudian Fichte dengan metode ”Teori Pengetahuan”-nya tetap
memunculkan pertentangan walaupun sudah melampaui sedikit apa yang dijabarkan
oleh Kant.
Dialektika sendiri sudah
dikenal dalam pemikiran Fichte. Bagi Fichte, seluruh isi dunia adalah sama
dengan isi kesadaran. Seluruh dunia itu diturunkan dari suatu asas yang
tertinggi dengan cara sebagai berikut: ”Aku” meng-ia-kan dirinya (tesis), yang
mengakibatkan adanya ”non-Aku” yang menghadapi ”Aku”. ”non Aku” inilah
antitesis. Kemudian sintesisnya adalah keduanya tidak lagi saling mengucilkan,
artinya: kebenaran keduanya itu dibatasi, atau berlakunya keduanya itu
dibatasi. ”Aku” menempatkan ”non-Aku yang dapat dibagi-bagi” berhadapan dengan
”Aku yang dapat dibagi-bagi”.
Dalam sistem filsafatnya,
Hegel menyempurnakan Fichte. Hegel memperdalam pengertian sintesis. Di dalam
sintesis baik tesis maupun antitesis bukan dibatasi (seperti pandangan
Fichte), melainkan aufgehoben. Kata Jerman ini mengandung tiga arti,
yaitu: a) mengesampingkan, b) merawat, menyimpan, jadi tidak ditiadakan, melainkan
dirawat dalam suatu kesatuan yang lebih tinggi dan dipelihara, c) ditempatkan
pada dataran yang lebih tinggi, dimana keduanya (tesis dan antitesis) tidak
lagi berfungsi sebagai lawan yang saling mengucilkan. Tesis mengandung di dalam
dirinya unsur positif dan negatif. Hanya saja di dalam tesis unsur positif ini
lebih besar. Sebaliknya, antitesis memiliki unsur negatif yang lebih besar.
Dalam sintesislah kedua unsur yang dimiliki tesis dan antitesis disatukan
menjadi sebuah kesatuan yang lebih tinggi.
Dialektika juga dimaksudkan
sebagai cara berpikir untuk memperoleh penyatuan (sintesis) dari dua hal yang
saling bertentangan (tesis versus antitesis). Dengan term aufgehoben,
konsep ”ada” (tesis) dan konsep ”tidak ada” (antitesis) mendapatkan bentuk
penyatuannya dalam konsep ”menjadi” (sintesis). Di dalam konsep ”menjadi”,
terdapat konsep ”ada” dan ”tidak ada” sehingga konsep ”ada” atau ”tidak ada”
dinyatakan batal atau ditiadakan.
Dialektika menjadi sebuah
perkembangan Yang Absolut untuk bertemu dengan dirinya sendiri. Ide yang
Absolut merupakan hasil perkembangan. Konsep-konsep dan ide-ide bukanlah
bayangan yang kaku melainkan mengalir. Metode dialektika menjadi sebuah gerak
untuk menciptakan kebaruan dan perlawanan. Dengan tiga tahap yakni tesis,
antitesis dan sintesis setiap ide-ide, konsep-konsep (tesis) berubah menjadi
lawannya (antitesis). Pertentangan ini ”diangkat” dalam satu tingkat yang lebih
tinggi dan menghasilkan sintesis. Hal baru ini (sintesis) kemudian menjadi
tesis yang menimbulkan antitesis lagi lalu sintesis lagi. Proses gerak yang
dinamis ini sampai akhirnya melahirkan suatu universalitas dari gejala-gejala.
Itulah Yang Absolut yang disebut Roh dalam filsafat Hegel.
Bagi Hegel, unsur
pertentangan (antitesis) tidak muncul setelah kita merefleksikannya tetapi
pertentangan tersebut sudah ada dalam perkara itu sendiri. Tiap tesis sudah
memuat antitesis di dalamnya. Antitesis terdapat di dalam tesis itu sendiri
karena keduanya merupakan ide yang berhubungan dengan hal yang lebih tinggi.
Keduanya diangkat dan ditiadakan (aufgehoben) dalam sintesis.
Kenyataan menjadi dua
unsur bertentangan namun muncul serentak. Hal ini tidak dapat diterima
oleh Verstandyang bekerja berdasakan skema-skema yang ada dalam menangani
hal-hal yang khusus. Vernunft-lah yang dapat memahami hal
ini. Vernunft melihat realitas dalam totalitasnya dan sanggup membuat
sintesis dari hal-hal yang bertentangan. Identifikasi sebagai realitas total
menjadi cara kerja Vernunft yang mengikuti prinsip dialektika.
Secara umum dapat kita lihat
bahwa dialektika Hegel memiliki tiga aspek yang perlu diperhatikan. Pertama,
sistem dialektika ini berbentuk tripleks atau triadik. Kedua, dialektika ini
bersifat ontologis sebagai sebuah konsep. Aplikasinya adalah terhadap benda dan
benduk dari ada dan tidak sebatas pada konsep. Ketiga, dialektika Hegel
memiliki tujuan akhir (telos) di dalam konsep abstrak yang disebut Hegel
sebagai Idea atau Idea Absolut dan konkretnya pada Roh Absolut atau Roh
(Spirit, Geist).
Terdapat tiga elemen
esensial akan dialektika Hegel.Pertama, berpikir itu memikirkan dalam dirinya
untuk dan oleh dirinya sendiri. Kedua, dialektika merupakan hasil berpikir
terus menerus akan kontradiksi. Ketiga, kesatuan kepastian akan kontradiksi
tersublimasi di dalam kesatuan. Itulah kodrat akan dirinya dialektika itu
sendiri.
3
tahap proses dialektis
Proses dialektis ini tercipta melalui tiga tahap yaitu :
·
Ekstemalisasi, yaitu proses dimana manusia
mengekspresikan dirinya dengan membangun dunianya. Melalui ekstemalisasi ini
masyarakat menjadi kenyataan buatan manusia
·
Obyektivasi, yaitu proses dimana masyarakat
menjadi realitas obyektif, yaitu suatu kenyataan yang terpisah dari manusia dan
berhadapan dengan manusia. Dengan demikian masyarakat dengan segala pranata
sosialnya akan mempengaruhi bahkan membentuk perilaku manusia.
·
Intemalisasi, yaitu proses dimana masyarakat
disergap kembali oleh manusia. Maksudnya bahwa manusia mempelajari kembali
masyarakamya sendiri agar dia dapat hidup dengan .baik, sehingga manusia
menjadi kenyataan yang dibentuk oleh masyarakat.
sumber :
Munib, Achmad. 2009. Pengantar Ilmu Pendidikan.
Semarang: Unnes Press
0 komentar:
Posting Komentar